Senin, 30 Maret 2015








om Google, saya numpang eksis yah :)



























Senin, 23 Maret 2015

mengekspresikan diri dikala banyak masalah dan beban pikiran datang.
harus tetap semangat dalam menjalani ini.
Tuhan, di sampingku :)


TUGAS SPM
( Starategi Pembelajaran Matematika)

Teori Belajar
(prinsip – prinsip belajar dari teori belajar aliran psikologi tingkah laku, antara lain Thorndike, Skinner, Ausuble, Gagne, Pavlov, dan Baruda)

Disusun Oleh : Kelompok Dua

Nama              :       Mellya Andriani Silaban            12150056
                                             Rinala Tanty Silalahi                  12150097
                                             Hasintongan Nainggolan            12150083
                                               
           
Prodi               :      Pendidikan Matematika
Mata Kuliah  :      Strategi Pembelajaran Matematika
Dosen             :      Drs. Rudolf  B  Manurung, M.Pd


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen
2015

------------------------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR



         Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Rudolf  B  Manurung, M.Pd  yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini.

        Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya.
        Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah terkait. Semoga segala bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan mendapat balasan dari Yang Mahakuasa.


 Pematangsiantar, 14 Maret 2015

Tim Penyusun



i

  ------------------------------------------------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar.
Penguasaan teori belajar merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengajaran matematika. Oleh karena itu, seorang guru maupun calon guru perlu memperoleh wawasan tentang teori belajar dan dapat menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
Teori belajar ialah teori yang bercerita tentang kesiapan siswa untuk belajar sesuatu. Atau uraian tentang kesiapdidikan siswa untuk menerima sesuatu (Ruseffendi, 1990 : 15).
Jadi pada prinsipnya teori belajar itu berisi tentang teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa..


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan teori belajar ?
2.      Apa saja aliran teori belajar ?
3.      Apa saja Teori Belajar Aliran Psikologi Tingkahlaku dan penerapannya dalam pengajaran    matematika ?

1.3  Tujuan                                                                                              
Berdasarkan latar belakang yang dikaji, maka makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang teori belajar, sehingga dapat menjadi acuan dalam sebuah rencana pembelajaran bagi kita sebagai calon pendidik agar dalam proses pembelajaran lebih terarah, mudah dipahami dan tepat sasaran. Lebih dari itu makalah ini juga bertujuan agar para pendidik lebih matang lagi dalam mempersiapkan suatu pelaksanaan pembelajaran dikelas maupun diluar kelas.

                                      --------------------------------------------------------------------------------- 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Teori Belajar.
Teori belajar disebut juga teori perkembangan mental, yaitu teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa. Di dalam teori belajar terdapat dua hal, yaitu:
1.      Uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan pada intelektual anak.
2.      Uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu.
Teori belajar berbeda dengan teori mengajar. Pada teori belajar tidak ada tujuan dan prosedur mengajar, sementara pada teori mengajar  berisi tentang uraian  petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak pada usia tertentu dan juga terdapat tujuan dan prosedur  mengajarnya.


2.2  Teori Belajar Aliran Psikologi Tingkahlaku

2.2.1        Teori Thorndike
Edward L. Thorndike (1874 – 1949) mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal – hal yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, persaan atau gerakan ( tindakan ). Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan atau tingkah laku akibat kegitan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu dapat diamati.  Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga Koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan Thorndike, yang mengakibatkan munculnya stimulus respon ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exsercise) dan hukum akibat (law of effect).
1.        Hukum Kesiapan ( law of readiness )
Hukum ini menerangkan bagaimana kesiapan seseorang siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang siswa yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Seorang siswa yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak dan kemudian bertindak, sedangkan tindakannya itu mengakibatkan ketidakpuasan bagi dirinya, akan selalu menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang melahirkan ketidakpuasan tersebut. Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa akan lebih berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar.

2.        Hukum Latihan ( law of ecexcise )
Menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi akibatnya hubungan akan semakin kuat. Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan, maka makin lemahlah hubungan yang terjadi. Hukum latihan pada dasarnya mengungkapkan bahwa stimulus dan respon memiliki hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi, dan makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersirfat otomatis. Seorang siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan tanggapan secara cepat sesuai dengan pengalamannya pada waktu sebelumnya. Kenyataan menunjukkan bahwa pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk pengulangannya tidak membosankan dan kegiatannya disajikan dengan cara yang menarik. Sebagai contoh untuk mengajarkan konsep pemetaan pada siswa, guru menguji apakah siswa sudah benar-benar menguasai konsep pemetaan. Untuk itu guru menanyakan apakah semua relasi yang diperlihatkannya itu termasuk pemetaan atau tidak. Jika tidak, siswa diminta untuk menjelaskan alasan atau sebab-sebab kriteria pemetaan tidak dipenuhi. Penguatan konsep lewat cara ini dilakukan dengan pengulangan. Namun tidak berarti bahwa pengulangan dilakukan dengan bentuk pernyataan dan informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi, sehingga siswa tidak merasa bosan.

3.        Hukum Akibat ( law of effect )
Thorndike mengemukakan bahwa suatu tindakan akan menimbulkan pengaruh bagi tindakan yang serupa. Ini memberikan gambaran bahwa jika suatu tindakan yang dilakukan seorang siswa menimbulkan hal-hal yang mengakibatkan bagi dirinya, tindakan tersebut cenderung akan diulanginya. Sebaliknya tiap-tiap tindakan yang mengakibatkan kekecewaan atau hal-hal yang tidak menyenangkan, cenderung akan dihindarinya. Dilihat dari ciri-cirinya ini hukum akibat lebih mendekati ganjaran dan hukuman. Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan dari siswa, dan cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru memberi senyuman wajar terhadap jawaban siswa, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri siswa. Katakan “Bagus”, “Hebat”, “Kau sangat teliti”, dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi siswa yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai pelajaran. Stimulus ini termasuk reinforcement. Sebaliknya guru juga harus tanggap terhadap respon siswa yang salah. Jika kekeliruan siswa dibiarkan tanpa penjelasan yang benar dari guru, ada kemungkinan siswa akan menganggap benar dan kemudian mengulanginya. Siswa yang menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah, namun hasil kerjanya itu tidak diperiksa oleh gurunya, ada kemungkinan beranggapan bahwa jawaban yang dia berikan adalah benar. Anggapan ini akan mengakibatkan jawaban yang tetap salah di saat siswa mengikuti tes. Demikian pula siswa yang telah mengikuti ulangan dan mendapat nilai jelek, perlu diberitahukan kekeliruan yang dilakukannya pada saat siswa  diberi tes berulang, namun hasilnya tetap buruk. Ada kemungkinan konsep yang dipegangnya itu dianggap sebagai jawaban yang benar. Penguatan seperti ini akan sangat merugikan siswa. oleh karena itu perlu dihilangkan. Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa jika terdapat asosiasi yang kuat antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama dalam ingatan siswa. selain itu banyaknya pengulangan akan sangat menentukan lamanya konsep diingat siswa. Makin sering pengulangan dilakukan akan semakin kuat konsep tertanam dalam ingatan siswa.


2.2.2        Teori Skinner

Burrhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar.
Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur. 
Teori Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku siswa dalam melakukan pengulangan perilakunya itu.
Penguatan negatif adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari fespon sisw yang kurang atau tidak diharapkan. Penguatan negative diberikan agar respon yang tidak diharapkan atau tidak menunjang pada pelajaran tidak diulangi siswa. Penguatan negatif itu dapat berupa teguran, peringatan atau sangsi.


2.2.3        Teori Ausubel

Ausubel terkenal dengan teori belajar bermaknanya. Menurut Ausubel  bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakana” artinya bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Faktor intelektual, emosional siswa tersebut terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Belajar menemukan, konsep dicari/ditemukan oleh siswa. Sedangkan pada belajar menerima siswa hanya menerima konsep atau materi dari guru, dengan demikian siswa tinggal menghapalkannya. Ausubel juga membedakan antara brelajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya tetapi pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih bisa dimengerti.


2.2.4        Teori Gagne

Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Keterampilan berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, misalnya melakukan pembagian bilangan yang cukup besar dengan bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis sumbu sebuah ruas garis. Konsep ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Misalkan, konsep bujursangkar, bilangan prima, himpunan, dan vektor. Aturan ialah objek paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe, yaitu:
1.    Belajar isyarat ialah belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat atau spontanitas.
Contohnya menyenangi atau menghindari pelajaran karena akibat perilaku gurunya
2.    Stimulus-respon merupakan kondisi belajar yang ada niat diniati dan responnya jasmaniah.
Misalnya siswa meniru tulisan guru di papan tulis.
3.    Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah, terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respon.
4.    Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respon.
Contohnya adalah mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru secara lisan.
5.    Belajar membedakan adalah belajar memisah-misah rangkaian yang bervariasi.
6.    Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok.
7.    Pembentukan aturan
Dalam hal tertentu tipe belajar yang mengharapkan siswa untuk mampu memeberikan respon terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan. Kemampuan disini terutama adalah kemampuan menggunakannya. Misalnya pemahaman terhadap rumus kuadratis dan menggunakannya dalam menyelesaikan persamaan kuadrat.
8.    Belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi karena lebih kompleks dalam pembentukan aturan. 
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan, yaitu :
a. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas;
b. Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional;
c. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik;
d. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya;
e. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.

2.2.5        Teori Pavlov

Pavlov adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Rusia. Ia terkenal dengan teori belajar klasiknya dan seorang penganut aliran tingkah laku (Behaviorisme) yaitu aliran yang berpendapat, bahwa hasil belajar manusia itu didasarkan kepada pengamatan tingkah laku manusia yang terlihat melalui stimulus respons dan belajar bersyarat (Conditioning Learning). Menurut aliran ini tingkah laku manusia termasuk organisme pasif yang bisa dikendalikan. Tingkah laku manusia bisa dikendalikan dengan cara memberi ganjaran dan hukuman. Pavlov mengadakan penelitian terhadap perilaku anjing yaitu  mempelajari proses pencernaan pada anjing, lalu mengamati anjing bila melihat makanan maka akan keluar air liurnya. Dalam penelitiannya anjing dikurung dalam suatu kandang selanjutnya setiap akan memberi makan, Pavlov membunyikan bel. Ia memperhatikan bahwa setiap dibunyikan bel pada jangka waktu tertentu anjing itu mengeluarkan air liurnya. Akhirnya dicoba dibunyikan bel itu tetapi tanpa diberi makanan. Ternyata anjing itu tetap mengeluarkan air liurnya. Dalam percobaan itu makanan atau bunyi bel jadi perangsang atau stimulus bagi keluarnya air liur anjing atau yang menimbulkan selera anjing untuk makan. Makanan disebut stimulus tak bersyarat, karena terjadinya secara wajar, sedangkan bunyi bel disebut stimulus bersyarat.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning) dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, misalnya agar siswa mengerjakan soal PR dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.


2.2.6        Teori Baruda
Albert Baruda merupakan tokoh Aliran Tingkah Laku. Ia terkenal dengan belajar menirunya. Baruda menyangkal pendapat Skinner yang mengatakan bahwa respon yang diberikan siswa  yang disertai penguatan itu selalu esensial. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dan penelitian teman-temannya. Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru bicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik maka siswa akan menirunya. Demikian pula jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun akan menirunya.


                          ------------------------------------------------------------------------

BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan yang diterangkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan teori yang mempelajari tentang perkembangan anak didik.
Teori belajar dibagi 2, yaitu teori belajar aliran psikologi tingkahlaku  dan psikologi kognitif.
Toeri belajar aliran Psikologi Tingkahlaku antara lain : aliran Thorndike, aliran Skinner, aliran Ausuble, aliran Gagne, aliran Pavlov, dan aliran Baruda.
Dimana teori-teori tersebut menjelaskan bagaimana seharusnya seorang guru mengajar anak didiknya dengan memperhatikan tingkahlaku dan juga mental anak didiknya. 



3.2  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tenab-teman sekalian dan dapat menambah wawasan kita mengenai macam-macam teori belajar aliran tingkahlaku dan implementasinya dalam pengajaran matematika serta mampu menerapkannya ketika proses pembelajaran berlangsung.


                          -------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA



Jica, (2001). Startegi pembelajaran Matematika Kontemporer, Common Textbook. Bandung : UPI







                                                                      iii